Wednesday, March 9, 2011

KETIKA CINTA HARUS BERSABAR

Hari demi hari, kurangkai dzikir
tak hanya di bibir, tapi juga di
hati. Meski kutahu, mungkin tak
utuh sepanjang waktu, karena
rapuhku. Padahal semestinya
dzikir tak pernah terusir, bahkan
di saat fikir dan ikhtiar
menjalankan tugasnya, dari awal
hingga akhir.
Saat tubuh merebah, baru CINTA
menumbuh. Tersadar akan dosa
kecil dan besar, dosa yang nyata
dan tersamar. Entah kenapa
harus demikian. Kenapa harus
disadarkan dengan teguran.
Padahal tak semestinya
menunggu nikmat sehat
diangkat, lalu saat sakit baru
CINTA kembali tertaut.
Tapi inilah aku, seorang rapuh
yang baru mengeja CINTA,
mencobanya menjadi biasa,
namun seringkali kembali terlena
oleh dunia, dan CINTA pun
kembali sulit terasa.
Benar kiranya bahwa meski di
sirami air dari tujuh samudera,
bahkan dikucuri air hujan dari
tujuh langit pun, CINTA tak akan
tumbuh, jika hati tetap
dinahkodai kehendak buta. Tak
kan tumbuh jika hati dikunci
dengan gelimang dosa. Tak kan
tumbuh jika hati dibasuh nafsu
selalu, diselimuti keangkuhan
wujud pengusiran jatidiri
penghambaan. Tak kan tumbuh,
tak kan.
Maka aku bahagia jika air mata
berlinang saat mensyukuri
nikmat-Mu, bukankah air mata
ini adalah kado CINTA. Aku
bahagia jika air mata berlinang
saat teringat dosa dan
memohon ampun Kepada-Mu,
bukankah ini juga sedikit tanda
CINTA. Maka, jangan biarkan
hatiku beku, tanpa CINTA. Hingga
tak ada lagi air mata, yang bisa
menjaga anggota tubuh yang
terbasuh, haram terjilat api
neraka.

No comments:

Post a Comment

comment disini