Friday, March 11, 2011

DUNIA TERUS BERPUTAR DAN AKU TERTATIH-TATIH MENGIKUTINYA

Setiap saat, setiap menit segala
sesuatu berubah, bergerak,
tanpa ada yang diam. Roda
dunia ini terus berputar dengan
aneka peristiwa yang mengisi
putaran-putarannya. Inovasi
terjadi terus-menerus di dalam
aneka aspek kehidupan. Apa
yang yang kuanggap terbaik
saat ini, dalam waktu yang
relatif singkat akan direlatifisir
oleh apa yang lain, yang muncul
kemudian. Sebab
hampir setiap detik manusia
selalu menciptakan kebaruan di
dalam hidup ini.
Sebagai manusia, aku dituntut
untuk menanggapinya jika tidak
dianggap out of date oleh
orang-orang yang hidup
sezaman denganku. Apabila
orang lain di
sekitarku mempunyai sesuatu
yang merupakan “keluaran
terbaru” alias produk terbaru,
aku pun serta-merta terbius dan
terobsesi untuk memilikinya.
Akan tetapi, apa yang terjadi,
ketika aku telah memiliki
semuanya itu? Aku menjadi
cepat bosan, sehingga dikenal
teman-temanku sebagai
manusia yang super bosanan
dibandingkan yang lain.
Bagiku kebaruan adalah sesuatu
yang selalu menjadi obsesi dalam
hidup. Sehingga aku mudah
sekali tergoda dengan hal-hal
yang baru bagiku, pemikiran-
pemikiran baru dan terasa segar.
Akan tetapi, ketika aku berusaha
untuk mengimbangi semua
kebaruan yang selalu saja
muncul setiap detik dalam hidup
ini, aku sampai pada titik batas
dan harus mengakui
bahwasanya aku tetaplah insan
yang terbatas, yang tidak
mampu mengimbangi semua
kebaruan yang ada. Aku hanya
mampu mengikutinya dari
belakang dengan langkah yang
tertatih-tatih.Bahkan aku hampir
saja diperbudak oleh obsesi akan
kebaruan di dalam hidup ini.
Setiap detik pun, aku dijejali
dengan aneka informasi yang
bisa saja membuatku “tahu
banyak hal” dan “tahu
segalanya,” tetapi apa yang
kuketahui hanyalah berupa data-
data tanpa analisis dan refleksi
yang mendalam. Aku terkadang
gagal untuk sampai menyelami
apa yang sesungguhnya hendak
dikatakan di balik segala fakta-
fakta dan datum-datum yang
ada.
Akibatnya, aku terkadang tidak
mampu menjadi manusia yang
mampu hidup pada level
kedalaman makna, melainkan
hanya hidup di level kedangkalan
saja alias menjadi “manusia-
manusia permukaan.” Aku
menjadi tidak mampu merogoh
sampai di kedalaman dari segala
informasi yang telah kudapat.
Lalu, apakah artinya semua
informasi yang bisa kuketahui
itu? Apakah aku hanya bisa
menjadi sekedar sebuah
“ ensiklopedi hidup” yang
darinya orang bisa menemukan
aneka informasi yang pernah
aku baca? Ataukah dari semua
informasi dan peristiwa yang
aku saksikan dalam hidup dapat
kutarik sebuah makna eksitensial
bagi hidupku sendiri?
Saat untuk diam, hening, dan
rehat sejenak, mungkin hanya
berupa waktu setengah jam atau
satu jam dalam sehari ternyata
cukup membantuku untuk
mencapai wilayah dan ruang-
ruang kedalaman makna. Karena
ketika aku hening, aku dapat
mengendapkan semua informasi
yang kudengar, kubaca dan
kuketahui.Dari pengendapan
inilah aku dapat mengolah
semuanya guna mempertajam
pemahamanku atas segala
fenomena yang ada.Sebab ada
begitu banyak hal yang tidak
terkatakan dan perlu
disingkapkan dari segala
fenomena yang kujumpai dalam
kehidupanku sehari-hari.
Inilah yang kurasakan kiranya
menjadi jembatan yang
menghubungkan antara dunia
luar diriku dengan dunia batinku
untuk sampai kepada kedalaman
makna hidup.

No comments:

Post a Comment

comment disini