Saturday, May 14, 2011

ta'aruf yuk. . Dengan diri sendiri

Assalamu'alaikum…
Ini ada 2 puisi yang coba kuketik
ulang. Puisi ini kutulis Agustus
2002 di Cawang. Sampai
sekarang, aku masih merasa
puisi ini baru. Kenapa? Ya,
karena puisi tentang ta'aruf ini
berawal dari
ketidakmengertianku terhadap
diri sendiri dan orang-orang
disekitarku(lho … nanya sendiri,
njawab sendiri :p). Artinya,
sampai saat ini aku masih sering
tidak mengerti dan masih harus
belajar banyak hal. (hiks3 lagi
melo nih!)
Sekadar flashback, ya Sobatku.

Wassalamu'alaikum,

Epilog Ta'aruf
Sama membangun dengan satu
tujuan;
walau tanganku diciptakan 2,
banyak hal yang tak bisa
kukerjakan:
sendirian.
Sama berharap pada bingkai
keridhoan;
terkadang gejolak
membutuhkan kawan untuk
memperingatkan.
Sama berusaha percaya;
jiwa yang disapa oleh sabar dan
sebentuk pengertian.
Sama kini berhadapan;
Percayalah, ta'aruf tak pernah
usai atau kehilangan
kesempatan.
Sama menyadari ruang
kebijaksanaan;
kita semua manusia, yang
bergulat antara nafsu dan
kemestian.
dengan Ta'aruf
Ta'aruf memang tak
berkesudahan
Selalu ada yang baru
Seiring episode kehidupan
Semula engkau hanya kenalan
Maka ta'aruf, engkau menjadi
teman
Maka ta'aruf, engkau menjadi
sahabat
Maka ta'aruf, engkau menjadi
bagian,
Karena ta'aruf, kita menjadi
begitu dekat
Walau aku adalah kenalan,
teman, sahabat,
Aku bukanlah bagian dari sosok
kemuliaan
Aku hanya bagian yang
mendekat
dengan ta'aruf
Ta'arufku terkadang tak tergali
Bahkan sering tidak terkendali
Maka ta'arufku membuat
engkau memahami
letak salah yang harus kau
koreksi
Sekarang engkau percaya
Bahwa aku sedang ta'aruf
dengan engkau: saudara seiman
Bahwa aku sedang ta'aruf
dengan engkau: kawan
seperjuangan. .

1 comment:

  1. kelanjutan dan akhir perjalanan ini terus gimana??

    ReplyDelete

comment disini